Saya tertohok mendengar ucapan Ustaz Wijayanto di acara Aksi Asia Indosiar beberapa hari yang lalu. Beliau mengatakan seperti ini,
“Mengajar tanpa persiapan, pulang tanpa kehormatan.”
Beliau mengatakan ini untuk mengomentari salah satu peserta yang penampilannya kurang memuaskan. Ustaz Wijayanto mengambil kata-kata tersebut dari kutipan yang terpampang di beberapa ruang dosen Universitas Gajah Mada (fyi, selain menjadi ustaz, beliau merupakan dosen di UGM).
Saya tertohok karena kadang kala saya mengajar tanpa persiapan – khususnya materi ajar untuk hari tersebut. Untuk mata kuliah yang sudah biasa diampu di beberapa semester, say biasanya tidak melakukan persiapan. Alasannya, karena saya sudah tahu apa yang harus disampaikan – baik materi maupun soal latihannya. Untuk mata kuliah yang baru diampu di semester tersebut, biasanya saya membaca materi minimal seminggu sebelumnya. Kadang kala hanya sekali saja. Alasannya, karena saya harus membagi waktu dengan pekerjaan lain, sehingga persiapan mengajar pun jadi kurang memadai. Alhasil, saya pernah mengajar tidak maksimal. Saya lupa langkah pengerjaan soal, sehingga harus diulang penyampaian materinya. Bahkan, saya pernah sampai mengatakan kepada mahasiswa untuk mengecek kembali bagaimana pengerjaannya, kemudian saya akan sampaikan jawaban benarnya di pertemuan berikutnya.
Malu? Ya, malu! Selesai mengajar saya memiliki perasaan yang tidak nyaman kepada mahasiswa-mahasiswaku karena keliru dalam menyampaikan materi.
Benar adanya ucapan Ustaz Wijayanto tersebut. Beliau seakan menegur saya agar ke depan saya bisa maksimal lagi dalam persiapan mengajar, sehingga kejadian seperti di atas enggak terulang lagi.
Persiapan itu sangat penting. Kita harus mengetahui apa saja yang akan dibahas pada hari tersebut. Buku apa yang akan dipakai sebagai referensi. Apakah powerpoint sudah mencakup garis besar materi. Latihan soal yang akan diberikan yang mana saja. Apakah sudah ada kunci jawabannya atau belum – untuk menjadi pegangan. Kemudian, selama proses perkuliahan sistem pengajaran akan seperti apa: ceramah dari dosen sepanjang waktu atau diskusi panel atau lainnya. Semua harus dipersiapkan secara matang. Jangan sampai ada kesalahan dalam penyampaian materi.
Mata kuliah yang saya ampu sudah sering saya ajar setiap semester jadi enggak perlu persiapan. Meskipun mata kuliah yang diampu adalah rutinitas setiap semester, tetap kita perlu melakukan persiapan. Ilmu itu berkembang, maka sudah sewajarnya sebagai dosen kita perlu cari informasi terkait perkembangan apa yang terjadi dari materi yang akan kita ajar besok. Kita enggak mau dong disebut dosen kudet? Atau, ketika ditanya oleh mahasiswa terkait isu terkini kita gelagapan bicara karena tidak menguasainya.
Published by